Skip to main content

Apa yang Harus Dipeluk ?

Memeluk bukan hanya persoalan rindu, ia juga memberi makna berupa tanda "penerimaaan" . Pada kehidupan, kita perlu memeluk dualisme dan hukum alam tentunya, merekalah yang membuat hidup ini berputar namun tetap pada suatu poros berupa penerimaan. Dualisme kehidupan salah satu contohnya adalah sifat negaitif dan positif, ia ada ditiap manusia agar dapat memanusiakan manusia. Tentu, manusia dapat merasa marah, risau, was-was, bahkan curiga. Disisi lain, sifat-sifat positif seperti sabar, toleran, penuh kasih sayang juga harus mulai dibangun agar semua penuh dengan seimbang. 

Kebanyakkan orang akan mengatakan bahwa sifat negatif harus dibuang jauh-jauh, dikesampingkan, kalau bisa dilenyapkan. Namun, sebagian prespektif lain berbicara bahwa kehidupan diciptakan dengan segala keseimbangan. Sifat baik dan buruk tentu merupakan keseimbangan yang harus dipeluk agar dapat perwujudannya sebagai bentuk penerimaan. Tidak dipungkiri, dalam menjalani suatu pesoalan rasa marah atau curiga dapat menenggelamkan bentuk pemikiran-pemikiran jernih tanpa prasangka. Pada akhirnya, finalisasi kesimpulan dan tindakan tentu diputuskan melalui sifat positif sehingga kita dapat membuang jauh-jauh penyesalan yang dapat mendatangkan rasa bersalah dikemudian. 

Memeluk hukum alam mungkin adalah bentuk dari rasa syukur dan kesadaran bahwa manusia memang dalam hidupnya tentu memiliki kekurangan-kekurangan. Banyak hal dirasa ingin diubah tetapi pasalnya tidak bisa dan menjadi tidak lumrah jika diubah. Sebagai contoh, kian hari banyak sekali manusia-manusia yang berlomba untuk menjadi cantik sampai pada tahap merubah pemberian Tuhan kepada dirinya. Hal ini sebaiknya tidak dilakukan, karena Tuhan Maha Baik maka Ia pasti memberikan yang terbaik. Pasalnya, terkadang cemooh atau komentar manusia lain sering menenggelamkan kita pada samudera pengharapan dan pengandaian yang tidak jelas ujungnya. Maka dari itu, memeluk dualisme dan hukum alam menjadi salah satu jalan agar rasa syukur dan kesadaran selalu membuka rasa penerimaan dan keseimbangan.

Comments

Popular posts from this blog

a Firstborn Child

#1 Lesson  :  We all have our moments. So do not get upset when someone is faster than you.  There are a lot of stages of life, from you are born until your time to leave. Not so long ago, I have just graduated. Some pages of my story have been filled with much joy, happiness, laughter, and love. Sometimes, sadness and remorse are meant to exist. In yours too. We simply learn from what we are all going through and eventually we will grow, become so much more than now. Graduated at 21 years old is just a common thing. On the other hand, my sister finished her bachelor’s degree in her twenty at the same time as me.  From there, so many things gradually change. Fastly, she has joined a company that my father owns. Small talks that happened, comments, and jokes are just related to their works’ surroundings. I feel left out. At the time, thinking if I am not choosing this major, I shall join the company too. This kind of destiny somehow making me think less of myself. Ins...

One of Love Letters

#2 lesson : Many times, we failed to notice love until we understand the different ways to show it.  My childhood memories might be a blur. One thing for certain, those times were filled with abundance of love. A family has been everyone's greatest blessing, at least it is how it should be. If the sun is the center of the universe, then love could be the center of happiness. Fragments of my happiness left within my memory; times when I didn’t need big reasons to simply laugh and smile, how unnecessary fights left as an object to laugh about. I hope my brain could hold those memories until forever.  Time cannot be stopped, nor brain can always remember all of things, but so often about what we want to forget. Even so, your heart can still remember the past happy feelings. Thus, some choose to capture moments, hanging it around in small frames; to overcome the fear of the inability on holding too many feelings and emotions. Rarely, they just write.  Life itself consists of ...

Nilai dari Sebuah Komentar

Tubuh menjadi tempat manusia untuk bisa hidup. Merasakan yang namanya berwujud, bernafas, dan berdetak. Jika saat bercermin, kamu menemukan ketidaksempurnaan fisik. Hal itu tidak lebih dari kewajaran yang mengajarkan kita tentang rasa penerimaan. Suatu saat kita akan sadar, pada dasarnya semua ini hanya sebuah tempat singgah yang mau bagaimana pun diakhiri dengan kata selamat tinggal. Ya walaupun, beberapa manusia mudah untuk berkomentar tentang fisik yang sebenarnya hanya bagian eksternal dari diri kita. Mungkin juga, karena dianggap eksternal, komentar soal fisik tidak lagi sebuah hal tabu, ia suka disandingkan dengan kalimat-kalimat menyatakan bahwa yang dikatakan tidak lain adalah fakta. Bagaimana pun juga, berkomentar tidak pernah jadi suatu larangan, tapi apa yang kita coba komentari selalu saja bisa menggambarkan bagaimana cara kita memandang manusia lain. Seperti, saat seseorang berkomentar tentang cara berpakaian orang lain. Secara tidak langsung kita dapat berpikir bahwa ia s...