Skip to main content

Ketika Perjalanan Sudah Berakhir

Mengenal kematian dirasa menakutkan. Padahal, kematian adalah salah satu keharusan dalam menggapai dualisme kehidupan bagaikan Ying and Yang. Apalagi, manusia berusia muda ia terlalu takut atas cita-cita yang dianggap masih terlalu jauh untuk digapai. Namun, bagaimana perasaan para pejalan yang lebih lama menempuh? Telah melewati setengah kehidupan saja belum tentu sadar sembari ditinggalkan lebih dulu oleh teman-temannya. Maka dari itu, rasanya akan sama. Menakutkan. Rasa takut mana mungkin pandang usia, entah tentang masa lalu atau yang akan datang. 

Menempuh kehidupan akan terasa seperti roda berputar atau roller coaster, ia tidak memiliki sudut tapi kerap kali ada yang merasa tersudutkan. Itulah guna mengenali arti kematian, membuat kian mengerti tentang makna sesungguhnya dari roda dan bagaimana bisa terasa tersudutkan. Disisi lain, Kematian dapat diibaratkan sebagai cermin. Cermin yang merefleksikan jati diri serta bayangan semu yang berisi rahasia hidup. Tetapi, rasa takut  kembali menyelimuti, membuatmu bungkam tuk bicara, bungkam tuk mengenal. Sementara itu, tidak ada yang lebih dari kematian, selain menjadi arah untuk hidup yang lebih baik. 




Amirta
inspired by Gede Prama, Asrul Sani. 

Comments

Popular posts from this blog

a Firstborn Child

#1 Lesson  :  We all have our moments. So do not get upset when someone is faster than you.  There are a lot of stages of life, from you are born until your time to leave. Not so long ago, I have just graduated. Some pages of my story have been filled with much joy, happiness, laughter, and love. Sometimes, sadness and remorse are meant to exist. In yours too. We simply learn from what we are all going through and eventually we will grow, become so much more than now. Graduated at 21 years old is just a common thing. On the other hand, my sister finished her bachelor’s degree in her twenty at the same time as me.  From there, so many things gradually change. Fastly, she has joined a company that my father owns. Small talks that happened, comments, and jokes are just related to their works’ surroundings. I feel left out. At the time, thinking if I am not choosing this major, I shall join the company too. This kind of destiny somehow making me think less of myself. Ins...

The Tall Building Without Capacity

Bangunan menjulang tinggi berlomba mencapai langit; karena tanah yang dibeli tidak cukup luas untuk bisa menampung keinginannya. Tersusun ruangan-ruangan dengan segala bentuk, ada yang lebih luas juga ada yang lebih sempit, tapi tetap saja semua terkesan cukup jika barang-barang yang dibeli bukan karena rasa tamak –bukan sebatas keinginan semata. Saking tingginya, awan-awan menjadi pemandangan untuk siapapun yang hadir pada bangunan itu, bahkan mereka dapat melihat bulan lebih dekat dibanding orang lain kebanyakan. Jika, bangunan ini adalah tempat tinggal maka ia tidak akan pernah kosong; tapi sayang, tidak banyak yang menjadikannya sebagai tempat tinggal. Love is like a building without definite capacity . S eperti bangunan tanpa kapasitas, cinta demikian adanya. Bertambahnya kecintaan terhadap sesuatu akan menentukkan porsi pada bangunan itu. Ia dapat menambah ruang baru, memperluas ruangannya sendiri, dan deretan nama akan menjadi ‘barang’ diruangan yang sudah ditentukkan. Mereka, d...

Sekat Tanpa Batas

Bicara Tentang Perasaan Batasan dalam merasakan ternyata juga diperlukan. Sulit saat perasaan bahagia berangsur menjadi sedih. Mudah saat perasaan sedih berbayar dengan kebahagiaan. Maka dari sekian cerita, ada senyum kepedihan juga air mata kemenangan. Kadang, keduanya tidak diterjemahkan demikian karena tidak semua orang perlu mengetahui kisahnya disuatu keadaan. Mana yang lebih bahagia? Tawa menyenangkan atau tangis mengharukan ? Lebih menyedihkan senyum kepedihan atau air mata tak terhentikan ? Kenapa pula harus dibandingkan… Pada buku goodbye, things! Fumio Sasaki berkata, “Kebahagiaan yang mampu kita rasakan nempunyai batas;” Tapi, apa mungkin beberapa masih tidak menyadari tentang hal itu? Hingga suatu kebahagiaan dapat berujung pada kehilangan yang lepas kendali. Rasa bahagia, sangat mudah membuat kita lupa tentang waktu dan Sang Pencipta. Saat bahagia, kita bisa jadi tidak kehilangan apa-apa, melainkan diri sendiri. Seolah-olah yang dirasakan hanya kebahagiaan hingga jiwa k...